Al-Hikam Pasal 145: Keindahan Tutupan-Nya

مَنْ أَ كْـرَمَكَ إِنَّـمَا أَ كْـرَمَ فِيْكَ جَمِيْلَ سِتْرِهِ فَالْحَمْدُ لِمَنْ سَتَرَكَ لَيْسَ الْحَمْدُ لِمَنْ أَ كْـرَمَكَ وَشَكَرَكَ

"Siapa yang memuliakanmu, sesungguhnya ia memuliakan keindahan tutupan-Nya padamu, maka seharusnya pujian itu bagi (Dia) yang menutupimu, bukan bagi (orang) yang memuliakanmu dan berterima kasih kepadamu."

Syarah

Secara hakikat, raga adalah pakaian saja bagi jiwa. Namun manusia bukan pemilik raganya dan tidak memiliki jiwanya. Allah-lah yang memberi jiwa kepada manusia, Allah yang memberi raga, juga Allah yang memberi ruh. Jadi siapakah kita sebenarnya? Karena semua itu ibaratnya bagaikan lapis-lapis pakaian yang Allah berikan.

Keberadaan manusia atau makhluk apapun yang maujud, yang hadir di alam semesta ini, mendapat limpahan wujud dari-Nya. Hakikat manusia sebenarnya hanyalah sesuatu yang memiliki potensi untuk memikul, menyerap sifat-sifat Allah ke dalam dirinya.

"Wujud" adalah salah satu sifat-Nya, sehingga jika ada orang yang memberi pujian atas sebuah perbuatan baik yang telah dilakukan seseorang, sesungguhnya orang itu sedang memuji bentuk yang Allah berikan, bukan ke hakikat manusia yang menerima pujian. Sebab Allah-lah yang sebenarnya melimpahkan keindahan akhlak kepada apa yang Dia bentuk sehingga hasil bentukan-Nya itu menampilkan sebuah perbuatan baik.

Sifat baik yang dimiliki seseorang dan amal baik maupun tindakan baik yang dilakukannya, sesungguhnya adalah tutupan (pakaian) dari Allah untuk menutupi kelemahan seseorang. Pemilik pakaian itu sebenarnya adalah Allah, sehingga sesungguhnya pujian, dan penghormatan yang diberikan orang lain pada hakikatnya sebenarnya bukan ditujukan untuk orang tersebut, namun untuk Dia yang memakaikan sifat-sifat itu kepadanya. Dengan demikian, yang sepatutnya mendapatkan pujian dan penghormatan itu adalah Allah, yang memberikan pakaian-pakaian yang baik itu kepada orang tersebut.