Al-Hikam Pasal 105: Permintaan yang Allah Tangguhkan

رُبَّمَافَتَحَ لَكَ بَابَ الطَّا عَةِ وَمَا فَتَحَ لَكَ بَا بَ الْقَبُوْلِ وَرُبَّمَا قَضَى عَلَيْكَ بِا لذَّنْبِ فَكَانَ سَبَبًا فِي الْوُصُوْلِ

"Kadang Dia telah membukakan bagimu pintu ketaatan, namun Dia belum membukakan bagimu pintu pengabulan-Nya (do’a). Dan kadang Dia menetapkanmu atas suatu dosa, namun menjadi wushul (sebab musabab) sampainya dirimu kepada Allah ."

Syarah

Allah tidak akan memberi segala sesuatu yang belum menjadi hak seorang hamba. Namun di sisi lain, seorang hamba tidak boleh berputus asa dalam berusaha dan berdo’a. Tidak (atau belum) dikabulkannya sebuah permohonan boleh jadi akan menjadi sebab musabab seorang hamba memperoleh ketaatannya, jika ia tidak berputus asa dari usaha dan berdo'a, dan keyakinannya terhadap rahmat Allah taala.

Fungsi lain dari adanya sebuah ketaatan itu adalah sebagai pembersih bagi si hamba. Banyak karunia Allah yang hanya akan Allah turunkan jika wadahnya telah bersih.

Hadits Nabi: “Jika Allah menginginkan kebaikan kepada seseorang, maka ditampakkan baginya aib-aibnya”. Ditampakkannya aib ini adalah adanya pemahaman sang hamba akan berbagai kekurangan dan keburukan dirinya, sehingga ia bertaubat dan memohon ampun atas hal-hal itu. Kebaikan berasal dari Allah, maka sebelum kebaikan diberikan kepada sang hamba, hati sang hamba tidak boleh ada keburukan. Jika adanya keburukan tidak ditaubati, ini akan menghambat turunnya karunia.

Terkadang seorang hamba terjatuh kedalam dosa. Namun ini Allah izinkan terjadi agar sang hamba kembali kepada-Nya, karena dosa tersebut dalam hal ini adalah mekanisme yang dibuat oleh Allah agar hamba-Nya terjaga dari lupa diri, sehingga ia kembali mengingat Allah dan memohon ampun kepada-Nya.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Hai anak Adam! Sesungguhnya selama engkau berdo’a dan berharap hanya kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni dosa-dosa yang telah engkau lakukan dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Seandainya dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau minta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Jika engkau datang kepadaku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi.” [H. R. at-Tirmidzi]

Tidak mungkin Allah memberikan sesuatu yang buruk kepada hamba-Nya, karena Dia adalah sebaik-baik pembuat rencana. Jika akhir sebuah dosa bisa mengakibatkan seorang hamba menjadi taqarrub (mendekat kepada-Nya), maka dosa tersebut adalah bagian dari panggilan-Nya.